Dunia Pendidikan Lokal Dan Luar Negeri

Dunia Pendidikan Lokal Dan Luar Negeri


   Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Pendidikan sering terjadi di bawah bimbingan orang lain, tetapi juga memungkinkan secara otodidak.Etimologi kata pendidikan itu sendiri berasal dari bahasa Latin yaitu ducare, berarti "menuntun, mengarahkan, atau memimpin" dan awalan e, berarti "keluar". Jadi, pendidikan berarti kegiatan "menuntun ke luar". Setiap pengalaman yang memiliki efek formatif pada cara orang berpikir, merasa, atau tindakan dapat dianggap pendidikan. Pendidikan umumnya dibagi menjadi tahap seperti prasekolah, sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas, dan kemudian perguruan tinggi, universitas atau magang.

>Pengertian Pendidikan Menurut Para Ahli

1.Menurut Prof. Dr. Imam Barnadib, Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis unuk mencapai taraf hidup atau kemajuan yang lebih baik.

2.Menurut M.J Langeveld, Pendidikan adalah suatu usaha dalam menolong anak untuk melakukan tugas-tugas hidupnya, agar mandiri dan juga bertanggung jawab secara susila.

3.Menurut Ahmad D. Marimba dan Mahmud (2012), Pengertian pendidikan adalah bimbingan jasmani dan rohani untuk membentuk kepribadian utama, membimbing keterampilan jasmaniah dan rohaniah sebagai perilaku nyata yang bermanfaat pada kehidupan siswa di masyarakat.

4.Menurut UU Nomor 20 Tahun 2003, Definisi pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

>Fungsi Pendidikan

1.Mempersiapkan masyarakat agar dirinya dapat mencari nafkah dengan lebih mandiri

2.Proses membangun serta mengembangkan minat atau pun bakat dari peserta didik, baik itu untuk kepuasan pribadi atau pun demi kepentingan masyarakat umum.

3.Sebagai tindakan pelestarian budaya yang ada di lingkungan masyarakat itu sendiri.

4.Proses penanaman keterampilan yang juga dibutuhkan pada keikutsertaannya dalam kegiatan demokrasi.

5.Sebagai proses transfer/pemindahan budaya atau adat istiadat dari generasi terdahulu ke generasi selanjutnya.

6.Memilih dan mengajarkan peranan sosial.

7.Bentuk integrasi sosial yang ada di lingkungan masyarakat.

8.Melalui lembaga pendidikan juga dapat digunakan untuk mengajarkan bentuk dari corak kepribadian.

9.Menjadikannya sebagai sumber inovasi dalam kehidupan sosial di lingkungan masyarakat.

10.Mensosialisasikan pada peserta didik mengenai perbedaan atau kultur yang ada di masyarakat luas, mulai dari perbedaan agama, suku dan juga budaya.

>Jenis Jenis Pendidikan

1.Pendidikan Umum adalah Pendidikan yang mengutamakan perluasan pengetahuan yang diperlukan sebelum melanjutkan pendidikan ke tahap perguruan tinggi, misalnya SD, SMP dan SMA.

2.Pendidikan Kejuruan adalah Pendidikan menengah yang bertujuan membentuk siswa agar langsung siap kerja ketika lulus. Misalnya Sekolah menengah kejuruan (SMK).

3.Pendidikan Akademik adalah Pendidikan yang diarahkan pada penguasaan disiplin ilmu tertentu, misalnya pendidikan di Universitas atau lembaga yang setara.

4.Pendidikan Profesi adalah pendidikan lanjutan setelah sarjana yang bertujuan untuk membawa peserta didik menjadi porfesional dalam satu bidang profesi, misalnya dokter, akuntan dll.

5.Pendidikan Vokasi adalah pendidikan tinggi yang menyiapkan siswa mempunyai pekerjaan dengan keahlian tertentu, jenjang maksimalnya adalah 1 tahun (D1) sampai D4 (4 tahun setara S1).

6.Pendidikan Agama adalah pendidikan yang menuntut seseorang menguasai ilmu dalam bidang keagamaan, misalnya pendidikan di pesantren.

7.Pendidikan Khusus adalah pendidikan yang dilaksanakan untuk para siswa berkebutuhan khusus, misalnya Sekolah luar biasa atau LSB.

>Manfaat Pendidikan

1.Mengetahui Suatu Ilmu

2.Belajar Mengerjakan Sesuatu

3.Belajar Memecahkan Masalah

4.Mengembangkan Diri dan Lingkungan

5.Belajar Bekerja Sama

6.Menciptakan Generasi Penerus Bangsa yang Unggul

7.Mendapatkan Gelar untuk Karir

8.Belajar tentang Sebab – Akibat

9.Membentuk Karakter Bermartabat dan Berbudi Pekerti Luhur.

>Masalah Pendidikan Di Indonesia

1. Infrastruktur Pendidikan Kurang Merata

Masih banyak sekolah, terutama di wilayah tertinggal, terdepan dan terluar di Indonesia (3T) yang kondisinya memprihatinkan, mulai dari gedung/ruangan kelas yang rusak, fasilitas penunjang pendidikan yang kurang hingga akses jalan ke sekolah yang sulit.Bahkan di beberapa daerah, Siswa harus menelusuri sungai deras atau jembatan rusak agar bisa sampai ke sekolah. Ini tentu saja berbahaya bagi keselamatan siswa sendiri.Siswa yang baru tamat sd/smp di pedesaan pun, terkadang harus menempuh perjalanan jauh jika melanjutkan ke jenjang berikutnya. Ini dikarenakan di wilayahnya tidak ada sekolah lanjutan yang berdiri.

2. Kurangnya Kualitas & Kuantitas Guru 

Ikatan Guru Indonesia (IGI) menyoroti masalah terkait kurangnya tenaga pendidik berstatus ASN. Setidaknya ada hampir 400.000 guru akan pensiun dalam periode 2020-2024 dan ini harus diimbangi dengan penerimaan guru ASN dari tahun ke tahunnya.Jika guru berstatus ASN berkurang, sekolah kemungkinan dibanjiri guru honorer yang mengajar tak penuh sebagai guru dan bergaji kecil. Kebutuhan hidup tenaga pendidik tidak terpenuhi dan bisa mempengaruhi faktor-faktor keberhasilan pembelajaran lainnya.Selain kurang secara kuantitas, guru juga dinilai kurang secara kualitas. Dimasa ini banyak guru yang kurang memiliki minat, bakat, inovasi, kemampuan dan kesiapan sebagai pendidik.

3. Lingkungan dan Pendidikan di Luar Sekolah Kurang Mendukung

Dalam survei Programme for International Student Assessment (PISA) tahun 2018. Kemampuan rata-rata siswa dalam bidang membaca, menghitung dan sains mengalami penurunan. Pun halnya dengan rata-rata kehadiran siswa dikelas dan siswa yang mengulang kelas/tidak naik kelas.

4. Manajemen dan Visi Pendidikan yang Berubah-ubah

Setiap pergantian kepemimpinan biasanya ganti pula kurikulum pendidikan. Ini kadang menjadi masalah bagi para tenaga pengajar, karena harus beradaptasi kembali dengan sistem yang baru.Visi pendidikan harusnya bisa dijalankan secara jangka panjang dan konsisten agar hasil yang diharapkan sesuai dengan yang direncanakan.

5. Pendidikan dan Dunia Kerja Kurang Selaras

Banyak pengusaha mengeluhkan kualitas sumber daya manusia yang dihasilkan sistem pendidikan Indonesia. Seharusnya ketika lulus sekolah, siswa sudah bermental siap kerja, sehingga perusahaan tak perlu mengeluarkan biaya lagi untuk training pegawai dan sebagainya.Selain itu juga banyak siswa dan lulusan perguruan tinggi bekerja tidak serasi dengan jurusan di ijazahnya, ini umumnya disebabkan siswa tidak menguasai kompetensi keahlian dari masing-masing jurusan yang digeluti, sehingga perusahaan pun kurang tertarik untuk merekrut.

>Perbedaan Sistem Pendidikan di Indonesia dan Luar Negeri

1. Berkurangnya masa-masa bermain anak

Usia balita dan kanak-kanak adalah masa yang paling menyenangkan bagi seorang anak, karena di waktu itu mereka dapat belajar banyak hal sambil bermain. Namun di Indonesia, pengenalan pendidikan sejak dini sudah mulai diterapkan. Bahkan ada yang masih dalam masa balita, seperti memasukkannya ke playgroup dan Taman Kanak-kanak sampai dengan pemberian kursus privat.

Berkurangnya masa-masa bermain anak [image source]Hal ini disebabkan ada persyaratan khusus ketika seorang anak akan masuk Sekolah Dasar, minimal sudah dapat membaca. Hal yang cukup baik, karena tujuannya agar seorang anak dapat belajar bersosialisasi dan melatih motorik dan daya pikir mereka. Namun satu imbas yang secara tidak langsung didapatkan adalah masa kanak-kanak mereka akan hilang di usia yang masih terlalu dini tersebut, mereka akan mulai mengenal stres.

Bagaimana dengan di luar negeri? Salah satu contohnya di Finlandia, seorang anak dapat mulai masuk ke jenjang pendidikan dasar ketika mereka sudah menginjak usia 7 tahun. Sebelum itu, maka mereka dapat mengeksplorasi apa yang mereka inginkan, salah satunya adalah bermain.

 2. Kelas unggulan dan kelas biasa

Mungkin di seluruh negara di luar negeri tidak mengenal sistem pembagian kelas yang berisikan anak-anak pintar saja atau disebut kelas unggulan dan kelas yang berisikan siswa atau mahasiswa biasa dengan grade standar. Rata-rata semua orang akan dikumpulkan dalam satu kelas yang hanya dibedakan berdasarkan jumlahnya saja. Seperti kelas 1A, 1B dan seterusnya. Sedangkan di Indonesia ada pembagian kelas unggulan dan non-unggulan yang justru secara tidak langsung dapat menciptakan celah atau tembok pembatas antara siswa pintar dan yang biasa.

Memang dilihat dari sudut pandang pendidikan, salah satu tujuannya adalah agar fokus siswa atau mahasiswa yang pintar tidak terpecah ketika dicampur dengan yang biasa dan mereka dapat bersaing dengan sesama orang cerdas dalam kelasnya. Namun secara tidak langsung, sisi psikologis dari yang menempati kelas unggulan dan non-unggulan tercipta. Akan ada rasa canggung dan tembok sosial dari siswa atau mahasiswa yang ditempatkan dalam dua jenis kelas berbeda tersebut.

3. Jam belajar berlebih

Di luar negeri, jam belajar untuk hal-hal yang berbau teori sangat terbatas dan selebihnya akan diisi dengan professional development dan praktik. Selain itu, tambahan-tambahan ekstrakurikuler sampai dengan kursus atau bimbingan belajar juga menambah panjang jam belajar seseorang yang mengakibatkan penat dan capek tidak hanya fisik saja, melainkan juga pikiran.

4. Masa orientasi di awal masuk sekolah

Tentunya hampir semua orang di Indonesia pernah mengalami MOS atau Masa Orientasi Sekolah atau OSPEK atau Orientasi Pengenalan Kampus. Walaupun sudah banyak kasus dan pernah diwacanakan untuk dilarang diberlakukan di semua sekolah atau universitas di Indonesia, namun kegiatan ini tetap saja dilakukan.

Di Indonesia MOS dan OSPEK selalu diisi dengan aktivitas-aktivitas yang didominasi untuk mempermalukan para orang baru. Seperti mengenakan topi dari tas plastik sampai dengan memakai kaos kaki berbeda warna. Banyak panitia yang akan mengatakan bahwa tujuannya agar orang baru tersebut dapat kuat mental dan fisik sebelum benar-benar menjadi siswa atau mahasiswa di suatu sekolah atau universitas.

Akan tetapi ditilik dari sisi fungsinya yang benar-benar berguna, apakah ada manfaat dari MOS dan OSPEK tersebut? Bahkan para orang tua juga kerap khawatir ketika anak-anak mereka akan berangkat mengikuti kegiatan tersebut.

Jika di Indonesia orientasi pengenalannya seperti itu, di luar negeri, salah satu contohnya di Amerika Serikat justru dilakukan dengan cara yang lebih positif. Para siswa atau mahasiswa baru akan diajak berkeliling kampus dan mengikuti beberapa seminar juga kajian agar mereka lebih mengenal sekolah dan kampusnya. Tidak hanya pengenalan kampus dan sekolah saja, ada pula pemberian informasi terkait segala hal yang diberikan.

5. Hasil akhir adalah segalanya

Memang segala macam ujian akan dinilai dengan hasil akhir sebagai penentunya. Hal ini diterapkan di semua jenjang pendidikan di Indonesia. Bahkan sampai ada standarisasi khusus yang banyak membuat para siswa pada khususnya stres dan depresi karena harus mencapai nilai minimal setara standarisasi sesuai dengan yang ditentukan pemerintah.

Di kebanyakan jenjang pendidikan di luar negeri, contohnya saja di Australia, hasil akhir bukanlah segala-galanya. Semua pendidik akan lebih menitikberatkan pada sektor prosesnya daripada hasil akhir. Jika dalam prosesnya saja berantakan, maka dapat diketahui bahwa hasil akhirnya juga amburadul.

Selain hasil akhir, dengan banyaknya materi yang diberikan dengan jam belajar yang cukup lama juga membuat seseorang tidak dapat mencerna pelajaran atau segala informasi yang diberikan karena otak terlanjur 'panas' dan susah untuk digunakan mengingat secara detail. Sedangkan di luar negeri, materi yang diberikan hanyalah yang berupa poin khususnya saja dan jam pendidikannya akan lebih dititikberatkan pada praktik, sehingga seorang siswa atau mahasiswa akan lebih mengerti dan paham secara langsung daripada hanya menghafal teori dan materi.

 Walaupun ada beberapa poin yang menjadikan sistem dan kualitas pendidikan di Indonesia tertinggal dari banyak negara-negara di dunia, namun bukan berarti tidak ada yang dibanggakan dengan belajar di Tanah Air.

>Sistem Pendidikan Di Indonesia

A.Sistem Pendidikan di Indonesia dengan Orientasi Nilai

Sistem ini bertujuan untuk mengajarkan nilai-nilai kemanusiaan dan bermasyarakat. Nilai-nilai tersebut meliputi tanggung jawab, tenggang rasa, kejujuran, dan kedisiplinan. Sistem ini diterapkan pada jenjang pendidikan dasar. Pengaplikasian sistem pendidikan di Indonesia dengan orientasi nilai dapat dilihat dari pemberian mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan (PKN).

B.Sistem Pendidikan di Indonesia dengan Sistem Terbuka

Melalui sistem ini diharapkan peserta didik dapat bekerja sama dengan teman sekelas dengan mendemonstrasikan nilai inovasi dan kreativitas. Melalui sistem terbuka, peserta didik menjadi fokus utama. Peserta didik diberikan kebebasan untuk mengemukakan pendapat, inisiatif, dan bertanggung jawab dalam mengatur proses belajar mengajarnya sendiri.

C.Sistem Pendidikan di Indonesia Secara Beragam

Sistem ini dibentuk untuk mengakomodasi keberagaman masyarakat yang ada di Indonesia. Seperti yang kita ketahui, bangsa Indonesia terdiri dari suku, bahasa, budaya yang berbeda-beda. Dengan landasan tersebut, sistem pendidikan dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan preferensi pada suatu komunitas. Melalui sistem ini pula, terdapat jenis instansi pendidikan yang beragam. Mulai dari pendidikan formal, informal, dan non-formal.

>Sistem Pendidikan Di  Luar Negeri

1. Australia

Sekolah di Australia dibagi menjadi 2 golongan, yaitu sekolah negeri dan swasta. Kebanyakan sekolah bertipe "Co-educational" (menerima pelajar pria dan wanita) dengan pengecualian beberapa sekolah menengah swasta. Secara umum, lamanya pendidikan dasar dan menengah di Australia sama dengan di Indonesia, yaitu 12 tahun. Wajib belajar di Australia adalah sampai dengan kelas 10. Kelas 11 dan 12 disebut sebagai Senior Secondary. Setelah lulus dari kelas 12, pelajar akan mendapatkan kualifikasi Senior Secondary Certificate of Education dari negara bagian masing-masing; yang diakui untuk masuk ke Universitas di Australia maupun di luar negeri.

2. Singapura

Secara umum, lamanya pendidikan dasar di Singapura sama dengan di Indonesia yaitu 6 tahun, terdiri dari program dasar selama 4 tahun dan diikuti oleh program orientasi selama 2 tahun. Pada akhir tahun keenam, pelajar akan mengikuti ujian PSLE (Primary School Leaving Examination). Kurikulum yang diajarkan lebih memfokuskan pada pengajaran bahasa Inggris, bahasa ibu seperti China, Melayu atau Tamil, serta pelajaran matematika, pengetahuan alam, music, seni rupa dan kerajinan tangan, olah raga dan pendidikan sosial. Setelah lulus ujian PSLE, pelajar akan meneruskan ke sekolah menengah dengan kurikulum 'O' level selama 4 tahun atau 'N' level selama 5 tahun, sesuai dengan kemampuan individu. Kurikulum ini mencakup bahasa Inggris, bahasa ibu, serta pelajaran matematika, science dan humanities. Pada tahun ketiga, pelajar dapat memilih untuk mengambil kelas kesenian, science, ilmu tata niaga atau jurusan teknik. Ujian akhir yaitu Singapore-Cambridge General Certificate of Education 'Ordinary' (CGE 'O' level) atau 'Normal' (CGE 'N' level). Melalui kurikulum ini, pelajar dilatih dan diajarkan cara berpikir kritis.

3. Malaysia

Di Malaysia, ada beberapa macam tipe sekolah, yaitu Sekolah Menengah Kebangsaan yang memakai bahasa Melayu sebagai pengantar, dan Sekolah Jenis Kebangsaan yang menggunakan bahasa Inggris, Mandarin atau Tamil sebagai pengantar. Secara umum, lamanya pendidikan dasar di Malaysia sama dengan di Indonesia yaitu 6 tahun. Pada akhir tahun keenam, palajar akan mengikuti UPSR (Ujian Penilaian Sekolah Rendah). Setelah lulus UPSR, pelajar meneruskan ke sekolah menengah yang boleh dibagi menjadi 2 tingkat. Tingkatan 1 sampai 3 disebut dengan Menengah Rendah atau form 1-3; sedangkan tingkatan 4 sampai 5 disebut Menengah Atas atau form 4-5 dimana pelajar ditawarkan program khusus seperti sains, sastra dan teknikal.

 4. Selandia Baru

Sekolah di Selandia Baru dimulai dari umur 5 tahun, tahun akademik mereka adalah dari bulan Januari sampai dengan Desember. Secara umum, lamanya pendidikan dasar dan menengah di Selandia Baru adalah 13 tahun. Primary School sampai dengan year 8, lalu Secondary School sampai year 13. Wajib belajar di Selandia Baru adalah sampai dengan year 10. Setelah year 10, pelajar boleh meneruskan ke Diploma untuk mendalami keahlian tertentu.

5. Inggris

Secara umum, lamanya pendidikan dasar di Inggris sama dengan di Indonesia yaitu 6 tahun. Setelah lulus dari Sekolah Dasar (Primary Education), pelajar melanjutkan ke jenjang Sekolah Menengah (Secondary Education) yang durasinya selama 4 tahun. Setelah lulus dari pendidikan wajib 10 tahun ini, pelajar akan menerima sertifikat bernama GCSEs (General Certificate of Secondary Education). Pelajar biasanya mengambil sekitar 10 mata pelajaran yang dinilai (tergantung dari mata pelajaran yang diambil) melalui kombinasi dari tugas dan ujian tertulis.

>Saran Untuk Dunia Pendidikan Di Indonesia

1.Hapus diskriminasi pendidikan

Pemerintah pernah melakukan ini sebelumnya, ketika menghapus sekolah yang memasang label SBI (Sekolah Bertaraf Internasional) atau RSBI (Rintisan Sekolag Bertaraf Internasional). Akan tetapi pemerintah lupa masih ada yang namanya sekolah unggulan atau bukan sekolah unggulan. Buat saya ini hanya mengedepankan sekolahnya saja, tapi bukan pada pelaku pendidikan di dalamnya. Saya berani jamin, sekolah unggulan pasti memiliki banyak guru dan murid yang berkualitas. Tapi pasti ada juga guru atau murid yang tidak berkualitas, walaupun hanya sebagian kecil. Dalam tanda kutip tidak berkualitas di sekolah unggulan tersebut. Tapi bisa jadi berkualitas di sekolah non unggulan. Mohon maaf bukan artinya saya mendiskriminasi bahwa ada manusia yang tidak berkualitas, tapi tak mungkin semua manusia di dunia ini punya kualitas yang sama. Nah, sekarang jika sekolah unggulan tersebut semua elemen di dalamnya berkualitas, apa jadinya sekolah yang non unggulan? Semuanya tidak berkualitas? Bisa jadi. Maka dari itu, ini harus dirubah. Tidak ada yang namanya sekolah unggulan atau non unggulan. Semua sekolah sama. PAUD, TK, SK, SD, SMP, SMA. Toh yang penting kita mencetak pribadi dan akhlak siswa yang baik. Bukan mencetak sekolah terbaik. Merekalah yang akan meneruskan perjuangan kita untuk kembali mencetak siswa berkualitas.

2.Menentukan sekolah untuk siswa

Jika sudah dihapus itu yang namanya sekolah unggulan dan non unggulan, maka semua taraf sekolah sama rata. Langkah pemerintah selanjutnya adalah menentukan sekolah untuk siswa. Dengan cara apa? Dengan cara bantuan dari disdukcapil setempat. Mendata alamat calon siswa baru. Tentukan sekolah anak dengan jarak terdekat dari rumahnya. Jadi tidak ada anak yang sekolahnya jaraknya jauh. Ambil contoh di Jakarta. Anak yang rumahnya di Jakarta timur, bisa saja sekolah di Jakarta Selatan. Atau anak yang rumahnya di Jakarta Pusat, bisa saja sekolah di Kota Bekasi, lintas provinsi bahkan. Lihatlah, betapa jauh mereka sekolah. Artinya mereka harus bangun lebih pagi dan pulang lebih lama dari yang sekolahnya jarak dekat. Waktu mereka pasti habis di jalan. Belum les ini itu. Sampai dirumah mereka harus belajar lagi. Saya sendiri melihat itu, kasihan. Kenapa mereka seperti itu? Ya itu tadi karena mereka memilih sekolah unggulan. Jika tidak ada, pasti mereka mau sekolah yang dekat saja. Banyak untungnya jika sekolah mereka dekat dari rumah. Yang pertama, bisa lebih dipantau oleh orang tua. Mereka pasti ada rasa takut sedikit jika berada jarak dekat dengan orang tua, akan mikir beribu kali jika berulah di sekolah. Yang kedua, orang tua tidak perlu menghantar jauh-jauh yang bisa macet di jalan raya yang akhirnya telat. Anak cukup jalan kaki dari rumah. Itung-itung sekalian olahraga pagi. Hehe. Tapi juga ada kendalanya. Apakah satu sekolah mampu menampung seluruh anak satu kecamatan? Tentu tidak. Solusinya adalah perbanyak sekolah di satu kecamatan. Kalau itu terlalu boros, bisa dengan memperbanyak ruang kelas. Poin utamanya yang penting adalah anak sekolah di jarak terdekat rumah mereka.

3.Penempatan guru yang merata

Ini juga merupakan salah satu elemen penting. Tenaga pendidik atau guru. Di Indonesia, saya yakin penempatannya belum merata. Beruntung ada program swasta seperti Indonesia Mengajar yang membantu pemerintah mengisi kekosongan tenaga pengajar di pelosok. Pemerintah sepertinya juga memiliki program tersebut, kalau tidak salah namanya SM3TRI. Ini merupakan solusi. Tapi ada 1 solusi lagi. Indonesia punya organisasi guru yaitu PGRI. Jadikanlah PGRI sebagai badan penempatan guru di Indonesia. Jadi gambaran sistemnya seperti ini. PGRI harus mendata terlebih dahulu seluruh sekolah di Indonesia tentang tenaga pendidiknya. Bisa diwakilkan ke setiap PGRI tingkat provinsi atau kota. Pasti setelah itu akan ketahuan sekolah mana yang kekurangan tenaga pendidik. Setiap sarjana pendidikan yang ingin melanjutkan profesinya sebagai guru, mengirimkan berkas lamarannya ke PGRI pusat. Lalu PGRI pusat lah yang akan menentukan kemana mereka akan mengajar. Satu demi satu dipenuhi kekurangan guru di daerah terpencil, yang akhirnya akan menjadikan meratanya suatu pendidikan.

4.Diskriminasi seragam antar siswa

Ini seringkali terjadi. Seragam harusnya bukan hanya baju, celana, dasi, sabuk dan topi. Tetapi tas dan sepatu juga perlu. Siswa seringkali meledek temannya jika tasnya jelek. Ada juga siswa yang selalu pamer sepatu barunya yang mahal. Yang pasti tidak mau diinjak teman temannya. Ini akan memunculkan sikap tidak baik pada siswa tersebut. Jika semua diseragamkan, pasti tidak akan timbul yang namanya iri, olok-olokan, keangkuhan pada siswa. Seragam semua harus dijamin oleh pemerintah. Mulai dari baju, celana, sabuk, topi, dasi, tas, sepatu bahkan buku tulis dan perlengkapan belajar lainnya. Semuanya standar dari pemerintah. Tidak ada yang berbeda. Semunya sama di seluruh Indonesia. Saya pernah melihat di suatu sekolah. Ada anak yang masih memakai tas dari bahan karung beras. Teman yang lainnya pakai tas yang bermerk internasional. Jelas timpang sekali. Apa yang terjadi dengan anak itu? Saya yakin pasti ada sebagian kecil yang meledeknya. Jika semua seragam pasti tidak akan terjadi saling meledek. Karena tidak ada yang dibandingkan. Semuanya sama.

5.Penambahan materi tertib dan buang sampah pada tempatnya pada kurikulum

Materi ini sangat penting. Karena ini sudah menjadi masalah besar buat negara kita. Indonesia itu terkenal dengan masyarakatnya yang tidak mau antri dan buang sampah sembarangan. Tanyalah kepada orang luar negri yang mampir ke Indonesia. Ini harus dirubah. Bandung sudah memberlakukan denda kepada warganya yang buang sampah sembarangan. Ini pun perlu diberlakukan kepada siswa sejak dini. Selipkan materi buang sampah pada tempatnya di jam pertama dan jam terakhir sekolah. Tidak usah lama-lama, cukup 5 menit per jam. Materi antri atau tertib bisa diselipkan saat pertama masuk kelas dan di dalam kelas. Ini penting untuk mencetak karakter yang bagus. Jika ini dibiasakan sejak kecil, pasti akan terbawa sampai dewasa. Dan pastinya perlu dukungan dari orang tua untuk tetap memberikan pengarahan tentang perlunya materi ini.

>Kritik Untuk Pendidikan Di Indonesia

Sistem harus berjalan sesuai kebutuhan yang di inginkan oleh pendidik agar memperoleh pendidikan yang bagus. Dengan pendidikan yang bagus ini dapat mengantarkan peserta didik menjadi manusia yang seutuhnya, yaitu manusia yang kuat, kreatif, cerdas, berani dan tidak mengenal putus asa dalam proses pembelajaran.

Didalam ilmu pendidikan, pendidik merupakan orang yang mempengaruhi seseorang dan berusaha memperbaiki menjadi manusia yang berguna, pendidik ini adalah eksekutor terbaik dalam dunia pendidikan, jika kesalahan itu terjadi pada proses perkembangan anak atau mutu peserta didik, maka yang menjadi sasaran utama ialah pendidik.

Seringkali problem semacam ini terlihat di kawasan alam yang suci ini. Pendidik bisa saja terkucilkan dan bisa juga termuliakan, apabila ia menjalankan tugasnya dengan baik maka ia kan mendapatkan pujian dan bila sebaliknya akan jadi bulan-bulanan orang tua murid.

Oleh sebab itu tugas pendidik sangat berat, belum lagi tanggungjawab sebagai orang tua di rumah tangganya dengan begitu banyak tekanan yang ia hadapi sering membuatnya letih dan tak kuat lagi dalam mengajar. Pekerjaan mulia ini yang membuat dia tegar dalam semua persoalan yang menghampirinya.


Nama:Tsabitha Salsabila

Kelas: X PB 2

 

 

 





Komentar

Posting Komentar